Langsung ke konten utama

Avengers Generasi Saya


3 Feb 2018. (Teks ini sudah mengendap lama di laptop saya)

Hari ini sekolah saya ngadain acara kayak bakti sosial gitu. Acara ini udah termasuk tradisi di sekolah saya semenjak tahun ke-2 sekolah ini berdiri. Kalian semua ngak bakal percaya acara semeriah apa. Acara ini lebih meriah dibanding pentas seni yang diadain beberapa bulan yang lalu. Dan acara ini sangat warna-warni dan ceriaaa. Wah saya suka sekali.

But, unfortunately, saya menemukan sebuah kejanggalan dari acara ini. Dan ini berasal dari teman-teman generasi saya. Para pembaca mungkin jadi bakal mikir kenapa saya kurang suka sama cowok-cowok di angkatan saya. Begini ya, saya itu bukannya nggak suka, tapi nggak cocok aja sama karakter yang seharusnya mereka gambarkan sebagai siswa bertitel nama sekolah saya.

Saya tahu mereka hits. Tapi, hits nggak selalu digambarkan sebagai orang yang terkenal dan bisa mengikuti arus zaman dan arus situasi. Terkadang, mereka memaksakan diri mereka untuk bisa mengikuti arus situasi ini, dan ini mengakibatkan mereka mempunyai banyak haters.

Bisa aja mungkin orang-orang bilang saya cuma iri aja kan?

Yeah, mungkin bisa dibilang kayak gitu. Tapi saya bukan bermaksud menjelekkan mereka. Saya senang mereka hits, senang sekali malah karena kadang saya ikutan kena cipratan hits mereka. Cara mereka ituloh yang kadang buat saya nggak suka menerima kenyataan kalau mereka berusaha buat hits.

Mereka itu nggak bisa dipercaya.

Dan mereka itu menyebalkan.

Nggak sesuai dengan cara mereka menamakan “persahabatan” mereka.

Apaan sih nama kelompok mereka itu? Nama itu ‘seharusnya’ adalah nama kelompok yang menyelamatkan orang lain kan? Bukan buat orang lain tambah kesel setengah mati.

Saya jadi emosi, maaf. Tapi inilah kenyataan yang harus saya terima sebagai resiko pertemanan dengan mereka. Mereka baik kok, cara mereka aja yang salah. Dan itu yang seharusnya mereka perbaiki, bukan jadi malah tambah sok hits dan bikin kesel orang. Kan dosa anjir.

Saya benar-benar kehilangan kesabaran, oke saya akan tutup cerita kali ini dengan banyak mohon ampun kepada Allah.

Maafkan hamba-Mu ini. T.T


Regards,

Demone.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keanehan yang Terjadi

Butuh waktu bagiku untuk memahami keanehan ini. Oke, aku yakin kalian bisa merasakannya. Merasa kalau cowok itu feelingnya sangat kurang.. kurang.. sekali. Misalnya saja dalam suatu pertandingan kelas (kebetulan ini yang baru terjadi di sekolah saya). Jadi ada pertandingan voli yang dimainkan oleh para cewek dan pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh cowok. Dan lagi, masing-masing kelas mengirim satu tim untuk setiap pertandingan. Sekali lagi, saya butuh waktu yang –cukup– lama untuk memahami kejadian ini. Awalnya saya biasa saja melihatnya, tapi lama-kelamaan saya menjadi risih. Bagaimana mungkin saya tidak risih? Misalnya saja tim sepakbola dari –anggap saja kelas 11 IPS 1– kalah dari pertandingan mereka, maka para cewek kelas tersebut akan bersedih sekali. Coba saja tim voli dari kelas tersebut kalah, maka para cowok akan merasa biasa saja, tidak perlu susah-susah menyemangati kembali tim voli yang terdiri atas cewek tersebut. Aneh nggak sih? Mungkin bagi beberap...

Workshop Kepenulisan bersama Tere Liye

Haloha!!! Saya nulis ini tanggal 2 Mei 2018. Berarti itu sehari setelah saya menghadiri workshop kepenulisan. Jangan tanya bagaimana perasaan saya dari pagi (atau mungkin malam) sebelum menghadiri workshop tersebut sampai sekarang , WOAH,  really, I’m still really excited. Workshop kepenulisan ini diadakan di STIKes Fort De Kock Bukittinggi. Sekitar lima belas kilometer dari pusat kota Bukittinggi. Saya yang berdomisli di Padang Panjang berangkat sekitar pukul setengah delapan dan sampai di lokasi pukul setengah sembilan. Pada awalnya saya kira saya sudah telat karena di  email reminder -nya acara dimulai jam setengah delapan. Tapi ternyata, Tere Liye pun baru datang pukul setengah sepuluh --“ . dan akhirnya acara-nya dimulai. ~ Sumpah, saya gemetaran pas pertama kali nengok beliau. Itu benar-benar di luar ekspektasi saya. Saya yang awalnya mikir negatif kayak Tere Liye nggak jadi datang dan sebagainya, jadi mulai semangat lagi. Di lokasi, Tere Liye menyampaik...