Langsung ke konten utama

Never Over


Lama nggak nullis. :D

It is never over, saya nggak tau apa maksud dari kata-kata itu. Karena tiba-tiba pas mau nulis saya langsung kepikiran kalimat itu. Menurut kalian, apa yang nggak bakal pernah berakhir? Kehidupan? Kasih sayang? Rasa sabar? Dunia?

Oke saya tau pertanyaan saya bermakna banyak sekali bagi kalian. Mungkin ada diantara kalian mengatakan bahwa kasih sayang orang tua nggak akan pernah berakhir. Right,kalian nggak salah. Atau mungkin kalian bakal bilang dunia ini nggak bakal berakhir. Right, jika itu pandangan kalian, kalian juga nggak salah, itu pemikiran kalian. Tapi, diantara semua pandangan itu. Ada nggak diantara kalian yang berpikir kalau justru pertanyaan yang simpel tadi akan membuat begitu banyak perdebatan di social media?

Dunia ini luas. Dari miliaran manusia di muka bumi ini, nggak akan ada orang yang punya karakter persis sama. Setiap manusia punya pemikiran yang berbeda. Baik itu dari segi sikap, tanggung jawab, cara menghadapi masalah, cara menghadapi berita, dan hal-hal lain yang membuat manusia kebanyakan berdebat.

 Jujur, saya agak risih ketika melihat begitu banyak perdebatan yang terjadi di social media. Karena kebanyakan dari orang yang menulis itu sama sekali nggak mikir. Apa salahnya mereka mikir dulu sebelum ngomentarin atau nanggapin sesuatu. Karena ujung-ujungnya, kalau mereka ngasih komentar asal-asalan dan cuma niat cari sensasi aja, rugilah mereka. Di medsos nanti akan terjadi hujat menghujat, debat kusir, dan hal lain yang unfaedah.

It is never over. Sekali lagi kata-kata itu terngiang oleh saya. Jadi apa yang nggak bakal pernah berakhir di Indonesia? Apakah pembicaraan warung kopi yang selalu tentang politik? Atau diskusi perkembangan ekonomi dunia? Atau malah perdebatan lewat internet ini justru nggak pernah berakhir. Internet semakin hari semakain berkembang. Baik kearah yang terang ataupun kearah gelap. Malah sesungguhnya perkembangann inilah yang membuat semua ini nggak pernah berakhir.

Lalu bagaimana jika kita ingin mengakhiri semua ini? Cukup wait and see? BASI kalau jawaban kalian semua masih itu. Inilah saatnya Indonesia bergerak. Bukan hanya pemerintah as a servant. Tetapi kita, sebagai rakyat sipil biasa juga harus membanggakan Indonesia ke mancanegara. Indonesia ini luas, kalau kita mau hebat ya kita harus jadi satu. Hilangkan SARA, saling toleransi. Saya berharap hal itulah yang never over di nusantara.

Nggak mudah bukan berarti sulit. Mungkin itu nggak mudah karena kita belum mencoba.

Regards,

Demone.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keanehan yang Terjadi

Butuh waktu bagiku untuk memahami keanehan ini. Oke, aku yakin kalian bisa merasakannya. Merasa kalau cowok itu feelingnya sangat kurang.. kurang.. sekali. Misalnya saja dalam suatu pertandingan kelas (kebetulan ini yang baru terjadi di sekolah saya). Jadi ada pertandingan voli yang dimainkan oleh para cewek dan pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh cowok. Dan lagi, masing-masing kelas mengirim satu tim untuk setiap pertandingan. Sekali lagi, saya butuh waktu yang –cukup– lama untuk memahami kejadian ini. Awalnya saya biasa saja melihatnya, tapi lama-kelamaan saya menjadi risih. Bagaimana mungkin saya tidak risih? Misalnya saja tim sepakbola dari –anggap saja kelas 11 IPS 1– kalah dari pertandingan mereka, maka para cewek kelas tersebut akan bersedih sekali. Coba saja tim voli dari kelas tersebut kalah, maka para cowok akan merasa biasa saja, tidak perlu susah-susah menyemangati kembali tim voli yang terdiri atas cewek tersebut. Aneh nggak sih? Mungkin bagi beberap...

Workshop Kepenulisan bersama Tere Liye

Haloha!!! Saya nulis ini tanggal 2 Mei 2018. Berarti itu sehari setelah saya menghadiri workshop kepenulisan. Jangan tanya bagaimana perasaan saya dari pagi (atau mungkin malam) sebelum menghadiri workshop tersebut sampai sekarang , WOAH,  really, I’m still really excited. Workshop kepenulisan ini diadakan di STIKes Fort De Kock Bukittinggi. Sekitar lima belas kilometer dari pusat kota Bukittinggi. Saya yang berdomisli di Padang Panjang berangkat sekitar pukul setengah delapan dan sampai di lokasi pukul setengah sembilan. Pada awalnya saya kira saya sudah telat karena di  email reminder -nya acara dimulai jam setengah delapan. Tapi ternyata, Tere Liye pun baru datang pukul setengah sepuluh --“ . dan akhirnya acara-nya dimulai. ~ Sumpah, saya gemetaran pas pertama kali nengok beliau. Itu benar-benar di luar ekspektasi saya. Saya yang awalnya mikir negatif kayak Tere Liye nggak jadi datang dan sebagainya, jadi mulai semangat lagi. Di lokasi, Tere Liye menyampaik...

Avengers Generasi Saya

3 Feb 2018. (Teks ini sudah mengendap lama di laptop saya) Hari ini sekolah saya ngadain acara kayak bakti sosial gitu. Acara ini udah termasuk tradisi di sekolah saya semenjak tahun ke-2 sekolah ini berdiri. Kalian semua ngak bakal percaya acara semeriah apa. Acara ini lebih meriah dibanding pentas seni yang diadain beberapa bulan yang lalu. Dan acara ini sangat warna-warni dan ceriaaa. Wah saya suka sekali. But, unfortunately , saya menemukan sebuah kejanggalan dari acara ini. Dan ini berasal dari teman-teman generasi saya. Para pembaca mungkin jadi bakal mikir kenapa saya kurang suka sama cowok-cowok di angkatan saya. Begini ya, saya itu bukannya nggak suka, tapi nggak cocok aja sama karakter yang seharusnya mereka gambarkan sebagai siswa bertitel nama sekolah saya. Saya tahu mereka hits. Tapi, hits nggak selalu digambarkan sebagai orang yang terkenal dan bisa mengikuti arus zaman dan arus situasi. Terkadang, mereka memaksakan diri mereka untuk bisa mengikuti arus situ...